Jumat, Juni 12, 2009

Resep Awet Muda

Siapa yang tidak ingin selalu terlihat awet muda? Keninginan tampil awet muda tidak hanya didominasi oleh kaum hawa, namun juga oleh kaum adam. Sehingga orang berlomba-lomba mencari cara supaya kelihatan awet muda. Mulai dari penggunaan produk anti penuaan sampai pengobatan supra natural selalu dicari. Mulai dari salon-salon kecantikan, rumah sakit sampai para normal menawarkan jasa supaya bisa tampil awet muda.

Padahal menjadi tua pada dasarnya adalah fitrah manusia, tidak ada yang dapat menghentikan proses penuaan. Jadi sebenarnya tidak perlu takut dengan proses penuaan. Yang harus kita lakukan adalah bagaimana menjaga dan merawat anugerah dari Allah SWT baik berupa kesehatan maupun wajah yang rupawan tanpa harus merubah ciptaanNya apalagi sampai menyekutukan Allah hanya karena ingin terlihat awet muda.

Allah SWT menilai manusia bukan dari rupa dan perawakannya tetapi dari hati dan amal perbuatannya. Seperti firman Allah dalam surat Al-Hujurat ayat 13 bahwa:
“... Sesungguhnya semulia-mulia manusia di hadapan Allah adalah manusia yang paling taqwa di antara kamu.”
Kemudain dipertegas lagi dalam salah satu hadits yang diriwayatkan oleh Muslim:
“Seseungguhnya Allah tidak akan melihat bentuk rupamu dan harta kekayaanmu tetapi Allah akan menilai dari hatimu dan amal perbuatanmu.”

Dalam surat At-Tiin ayat ke-4 Allah menegaskan bahwa Allah menciptakan manusia dalm sebaik-baik bentuk. Lalu mengapa begitu banyak orang yang tidak percaya diri dengan pemberian Allah sehingga dengan sengaja melakukan operasi plastik atau memasang susuk di wajah atau anggota badan lainnya supaya kelihatan cantik atau tampan serta awet muda? Lalu bagaimana pula caranya supaya terlihat awet muda dalam rangka merawat dan menjaga anugerah dari Allah serta sebagai manifestasi rasa syukur kepada Allah SWT?

Mari kita kaji hadist yang diriwayatkan oleh Muslim yaitu bahwa Allah akan menilai manusia dari hati. Oleh karena itu marilah kita bersama-sama menjaga dan merawat kesehatan hati dari berbagai penyakit rohani seperti iri, dengki, syu’udzhan, dendam kepada orang lain. Marilah kita hilangkan rasa sombong dari hati kita karena yang berhak sombong hanyalah Allah. Hilangkan juga perasaan bahwa ada kekuatan selain kekuatan Allah karena akan menggelincirkan kita kepada perbuatan syirik.

Setelah menilai hati manusia, Allah juga akan menilai amal perbuatan manusia, oleh sebab itu marilah kita jaga amal perbuatan kita dari rasa riya atau karena akan dinilai oleh seseorang sehingga kita mau berbuat baik. Jaga amal perbuatan kita dari rasa bangga apalagi sampai menepuk dada. Jagalah hati, jagalah juga amal perbuatan kita.

Apabila hati terjaga, maka akan tercermin dalm perbuatan, akan tercermin di wajah sehingga wajahnya akan bercahaya, dan sebagai ungkapan rasa syukur kita kepada Allah marilah kita menjaga dan merawat kesehatan kita sebelum sakit dengan mengatur pola makan, berolah raga secara teratur, begitu pula merawat kulit secara teratur.

Ingatlah bahwa awet muda merupakan gabungan dari keseluruhan kesehatan kita. Baik kesehatan jasmani maupun kesehatan rohani.

Wallohu ‘alam bishowwab.

Kamis, Juni 11, 2009

Kejahatan Dibalas Kejahatan

Perbuatan jahat pada jaman sekarang sangat mudah ditemukan, mulai dari lingkungan rumah, lingkungan sekolah apalagi di tempat-tempat umum. Bukan tidak mungkin kalau berbuat jahat merupakan hoby sebagian orang, entah karena secara tidak sengaja maupun sengaja dibentuk oleh lingkungan keluarga, lingkungan tempat bermain atau lingkungan masyarakat. Lalu siapa yang harus bertanggung jawab dengan keadaan ini?

Yang sangat memprihatinkan, perbuatan jahat tidak hanya dilakukan oleh orang yang benar-benar punya predikat “Penjahat”, tetapi mulai dari warga biasa, usahawan, ilmuwan sampai negarawan banyak yang tergiur melakukan kejahatan, gejala apakah ini?
Ketika warga biasa melakukan kejahatan, dampaknya mungkin tidak luar biasa, tetapi apabila kejahatan dilakukan oleh usahawan, ilmuwan atau negarawan maka dampaknya akan terasa luar biasa dan dirasakan bukan hanya oleh sebagian orang tetapi bisa jadi oleh banyak orang atau malah semua orang.

Kalau sudah sampai seperti ini apa yang harus dibenahi, perangkat hukum atau mental manusianya?

Sebagai warga biasa tentu tidak bisa membenahi perangkat hukum, tidak akan bisa membuat atau merubah undang-undang, tetapi sebagai warga masyarakat, kiat punya kesempatan untuk memperbaiki mental yang mulai lembek seperti tahu. Sebagai orang yang beriman kita harus yakin perbuatan jahat akan dibalas oleh kejahatan yang setimpal seperti dalam firman Allah SWT:
“Dan balasan suatu kejahatan adalah kejahatan yang serupa, maka barang saipa memaafkan dan berbuat baik maka pahalanya atas tanggungan Allah. Sesungguhnya Dia tidak menyukai orang-orang yang zhalim.” (QS. Asy-Syuura: 40)
“Dan orang-orang yang mengerjakan kejahatan mendapat balasan yang setimpal dan mereka ditutupi kehinaan. Tidak ada bagi mereka seorang pelindungpun dari azab Allah. Seakan-akan muka mereka ditutupi dengan kepingan-kepingan malam yang gelap gulita. Mereka itulah penghuni neraka mereka kekal di dalamnya.” (QS. Yunus: 27)

Astaghfirullahaladzhim, seringkali kita tidak sadar telah melakukan kejahatan. Seringkali lupa kalau kita telah mendzhalimi orang-orang di sekitar kita. Dan ketika balasan kejahatan dari apa yang telah kita lakukan kembali kepada diri kita, seringkali kita menyalahkan Allah, menyalahkan nasib, dan menyalahkan orang-orang di sekitar kita. Kita jaang menyadari kalau kemalangan yang kita dapatkan adalah upah dari perbuatan jahat kita.

Masih punya nyalikah kita berbuat jahat? Setelah tahu azab apa yang akan Allah berikan terhadap perbuatan kita? Masih pelitkah kita berbuat baik terhadap orang-orang di sekeliling kita? Atau masih gengsikah kita untuk meminta maaf kepada orang lain ketika kita sadar telah berbuat dzhalim kepada orang lain? Padahal kita tahu Allah tidak menyukai orang-ornag yang berbuat dzhalim?

Ya Allah ya Tuhan kami
Jangan Engkau sesatkan hati kami
Sesudah Engkau memberi petunjuk kepada kami, dan
Berilah kami rahmat dari sisi Engkau, karena sesungguhnya
Engkaulah pemberi karunia

Senin, Mei 18, 2009